Kedaton
Kutai Kartanegara
Kedaton Kutai
Kartanegara adalah istana milik SultanKutai Kartanegara yang terletak di pusat kota Tenggarong,
Kalimantan
Timur, Indonesia. Istana ini selesai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2002 setelah dihidupkannya
kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing
Martadipura.
Meski telah
resmi menjadi milik Sultan Kutai Kartanegara, istana baru ini lebih difungsikan
sebagai kantor lembaga kesultanan serta sebagai tempat pelaksanaan acara seremonial
oleh Sultan atau Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Arsitektur
Kedaton Kutai Kartanegara merupakan perpaduan gaya modern dan gaya istanaKerajaan Kutai Kartanegara.Ruangan istana
nampak megah dan mewah dengan tatanan Singgasana Sultan di kelilingi oleh kursi yang terbuat dari emas. Di sebelah kiri Singgasana
terdapat Gamelan Jawa.Di dalam Kedaton juga terdapat
banyak ukiran
yang berciri khas adatKutai, Dayak dan Jawa untuk menunjukkan
bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara memiliki
hubungan sejarah yang erat dengan suku Dayak
dan kesultanan di Jawa.
Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura merupakan kerajaan bercorak Islam
yang mulai berdiri pada tahun 1300 di Kutai Lama. Raja pertama yang mendirikan
kerajaan ini bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Islam masuk kedalam
Kesultanan Kutai Kartanegara pada masa Aji Raja Mahkota Mulia Alam. Beberapa
puluh tahun setelah Islam masuk, gelar raja kemudian diganti menjadi sultan.
Aji Sultan Mohammad Idris adalah sultan Kutai Kartanegara pertama yang
menggunakan nama bercorak Islam.
Sultan Mohammad
Idris meninggal di Sulawesi Selatan ketika membantu ayah mertuanya Sultan Wajo
Lamaddukelleng melawan penjajah Belanda. Para sultan ini tinggal dalam istana
yang disebut dengan nama Kedaton. Kedaton yang saat ini berdiri adalah Kedaton
Kutai Kartanegara yang ada di kota Tenggarong, Kalimantan Timur. Kedaton
berasal dari kata kedatuan yang berarti istana atau tempat tinggal raja.
Istilah kedaton itu sendiri ekuivalen dengan istilah keraton yang berasal dari
kata keratuan. Meskipun istilah kedaton dan keraton itu ekivalen, namun Istilah
keraton lebih sering digunakan oleh Kesultanan di daerah lain. Dalam
perkembangannya, lokasi pendirian Kedaton Kutai Kartanegara sempat pindah
beberapa kali.
Perpindahan
kedaton ini mengikuti perpindahan dari pusat pemerintahan Kesultanan Kutai
Kartanegara yang pernah mengalami 3 kali masa perpindahan. Pusat pemerintahan
terakhir dari Kesultanan Kutai Kartanegara berada di Tenggarong yang sekarang
merupakan ibukota dari Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Tenggarong itu sendiri
didirikan pada masa pemerintahan Aji Sultan Muhammad Muslihuddin.
Tidak ditemukan
data yang jelas mengenai bagaimana desain arsitektur dari kedaton pada masa
awal Kesultanan Kutai. Catatan mengenai arsitektur kedaton baru ditemui pada
masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman yang memerintah pada tahun 1845 hingga 1899.
Bukan saja masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman yang terpaut jauh dari tahun
pendirian Kesultanan Kutai Kartanegara, namun pada masa ini pusat pemerintahan
juga telah dipindahkan ke Tenggarong.
Catatan mengenai
kedaton pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman diperoleh dari Carl Bock,
seorang penjelajah berkebangsaan Norwegia yang melakukan perjalanannya ke
pedalaman sungai Mahakam. Dalam catatannya, Carl Bock menyebutkan mengenai
pendapa dari kedaton Aji Sultan Muhammad Sulaiman yang terbuat dari bahan kayu
ulin.
Meskipun Kesultanan Kutai sempat berakhir pada tahun 1960-an, yaitu pada masa awal order baru.
Meskipun Kesultanan Kutai sempat berakhir pada tahun 1960-an, yaitu pada masa awal order baru.
Namun dengan
seiring runtuhnya orde baru pada tahun 1998, beberapa Kesultanan yang merupakan
bagian dari Kesultanan Nusantara mulai bangun kembali. Pada tahun 2001 dengan
dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kesultanan Kutai
Kartanegara mulai dihidupkan kembali. Ini ditandai dengan pengangkatan putera
mahkota, yaitu Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai
Kartanegara yang baru. Sultan yang baru diangkat ini diberikan gelar berupa H.
Adji Mohamad Salehoeddin II.
Setelah penerus
tahta Kesultanan Kutai Kartanegara ditunjuk kembali pada tahun 2001, pemerintah
lokal Kabupaten Kutai Kartanegara lebih lanjut lagi membangun kedaton baru di
Tenggarong pada tahun 2002 yang bisa digunakan bagi Sultan untuk melakukan
kegiatannya. Kedaton ini dibangun bersebelahan dengan kompleks Masjid Jami’ Aji
Amir Hasanoeddin, yaitu masjid yang dibangun pada masa Aji Sultan Muhammad
Sulaiman.
Desain
arsitektur dari Kedaton Kutai Kartanegara yang baru dibangun pada tahun 2002
mengikuti bangunan kedaton pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman berdasarkan
catatan dari Carl Bock. Beberapa pengaruh arsitektur modern juga bisa terlihat
dari bangunan Kedaton Kutai Kartanegara. Bangunan kedaton sebagian besar
menggunakan beton yang terdiri dari dua lantai dengan atap kayu.
Ada dua bagian
atap yang dimiliki oleh kedaton dengan atap utama yang terdiri dari tiga
tingkat. Tepat dibawah atap ini terdapat 5 pintu utama yang terbuat dari kayu
sehingga total ada 10 pintu yang tersebar di dua lantai yang berbeda. Setiap
pintu ini mempunyai daun pintu berjumlah masing-masing 2 unit.
Pada bagian
dalam Kedaton Kutai Kartanegara terdapat singgasana sultan pada bagian tengah
bangunan. Lantai singgasana ini ditinggikan sedikit dengan tiga anak tangga
dari lantai utama yang semuanya ditutup dengan marmer. Singgasana ini diapit
oleh dua buah patung yang merupakan simbol dari Kesultanan Kutai Kartanegara.
Di lantai utama
tepat dihadapan singgasana terdapat corak dengan gaya Kutai. Disebelah kiri
singgasana terdapat alat musik berupa gamelan Jawa. Pada banyak bagian dari
bangunan Kedaton Kutai Kartanegara juga bisa ditemui berbagai ukiran bergaya
Kutai, Dayak, dan Jawa. Ukiran ini menunjukkan hubungan sejarah Kesultanan
Kutai Kartanegara di masa lalu yang dekat dengan suku Dayak dan Kesultanan di
Jawa.
Meskipun dimasa
lalu Kedaton digunakan sebagai tempat tinggal dari sultan, namun sekarang
Kedaton Kutai Kartanegara lebih berfungsi sebagai kantor lembaga kesultanan.
Selain itu bangunan ini digunakan sebagai tempat pelaksanaan berbagai upacara
yang berkaitan dengan aktifitas Kesultanan Kutai Kartanegara. Baik kedaton itu
sendiri maupun berbagai prosesi adat yang dilakukan didalamnya menjadi salah
satu daya tarik wisata yang ada di provinsi Kalimantan Timur. Dari ibukota
provinsi Kalimantan Timur, Samarinda, Kedaton Kutai Kartanegara dapat ditempuh
dalam waktu sekitar 45 menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar