MATERI SEJARAH KELAS XI
SEMESTER GANJIL
Masa
Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha
A.
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA
SERTA KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Masuknya agama dan
kebudayaan Hindu-Budha membawa perubahan kehidupan masyarakat Indonesia, antara
lain :
o
Semula belum mengenal tulisan (masa
praaksara) menjadi mengenal tulisan dan memasuki zaman sejarah (masa aksara).
o
Semula hanya mengenal dan menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme kemudian mengenal dan menganut agama dan
kebudayaan Hindu-Budha.
o
Semula hanya mengenal sistem kesukuan
dengan kepala suku sebagai pemimpinnya menjadi pengenal dan menganut sistem
pemerintahan kerajaan dengan raja sebagai pimpinan pemerintahan yang bercorak
Hindu-Budha.
Teori masuk dan
berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha sebagai berikut :
o
Teori waisya, berpendapat bahwa masuknya
agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh golongan pedagang (waisya). Mereka
mengikuti angin musim (setengah tahun berganti arah) sehingga enam bulan
menetap di Indonesia dan menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu. Salah satu
tokoh pendukung hipotesis waisya adalah N.J.Krom.
o
Teori Ksatria, pembawa agama dan
kebudayaan Hindu ialah golongan ksatria yang kalah perang di India, kemudian
lari ke Indonesia. Salah seorang pendukung hipotesis ksatria adalah C.C.Berg.
o
Teori Brahmana, pembawa agama dan
kebudayaan hindu ke Indonesia ialah golongan Brahmana yang diundang oleh raja
raja Indonesia untuk menobatkan dengan upacara Hindu (abhiseka=penobatan).
Pendukung hipotesis ini adalah J.C.van Leur.
o
Teori nasional, bahwa bangsa Indonesia
yang berdagang ke India pulang dengan membawa agama dan kebudayaan Hindu atau
sebaliknya orang-orang Indonesia (raja) mengundang Brahmana kemudian Brahmana
menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Pendapat ini disebut teori
arus balik. Pendukung teori ini adalah F.D.K.Bosch.
B. PERKEMBANGAN
TRADISI HINDU-BUDHA
AKULTURASI
Masuknya budaya
Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan
perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup
berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari
kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak
diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan
kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.
Hal ini disebabkan karena:
1. Masyarakat
Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga
masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan
Indonesia.
2. Kecakapan
istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan
suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah
unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan
Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia.
Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara
sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan
kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Seni
Bangunan
Seni bangunan tampak
pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia
dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya
bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum
yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha.
Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang
ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai
makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi
tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di
sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni
Sastra dan Aksara
Periode awal di Jawa
Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah bangsa
Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab
Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi
ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para
ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam
keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang
ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta banyak
digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan
bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi
sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan
Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di
kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.
Sistem
Kalender
Diadopsi dari sistem
kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya Penggunaan tahun
Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai
tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I
dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari.
C. KERAJAAN
KUTAI
Kutai Martadipura
adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua.
Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan
Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli
mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi
kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama
kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.
Yupa
Prasasti Kerajaan Kutai
Informasi yang ada
diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad
ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam
menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang
berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas
kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban
yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja
yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat
dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum
brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II:
Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36, transliterasi
prasasti diatas adalah sebagai berikut:
Nama-Nama Raja Kutai Peta
Kecamatan Muara Kaman
a. Maharaja
Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri).
b. Maharaja
Aswawarman (anak Kundungga).
c. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman).
d. Maharaja
Marawijaya Warman.
e. Maharaja
Gajayana Warman.
f. Maharaja Tungga Warman.
g. Maharaja Jayanaga Warman.
h. Maharaja
Nalasinga Warman.
i.
Maharaja Nala Parana Tungga.
j.
Maharaja Gadingga Warman Dewa.
k. Maharaja Indra Warman Dewa.
l.
Maharaja Sangga Warman Dewa.
m. Maharaja Candrawarman.
n. Maharaja
Sri Langka Dewa.
o. Maharaja
Guna Parana Dewa.
p. Maharaja
Wijaya Warman.
q. Maharaja Sri Aji Dewa.
r.
Maharaja Mulia Putera.
s. Maharaja
Nala Pandita.
t.
Maharaja Indra Paruta Dewa.
u. Maharaja Dharma Setia
D. KERAJAAN
TARUMANEGARA
Tarumanagara atau
Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat
pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu
kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan
sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada
saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Bukti keberadaan
Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang ditemukan. Lima
di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini
diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada
tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru
Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan
Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
Prasasti
yang ditemukan
Prasasti Kebon Kopi,
dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan
Rig, Ciampea, Bogor
Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung
Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan
di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai
Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112
tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari
bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan
Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti
Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan
Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
E. KERAJAAN MATARM KUNO
Awal berdirinya
kerajaan
Kerajaan Medang (atau
sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah
nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian
berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak
meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu
maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11. Kerajaan
Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram
Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8,
kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak
meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu
maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11. Prasasti
Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja
pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Sanjaya sendiri
mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan jelas apa
nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah pulau
Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau.
Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha,
saudara perempuan Sanna.
F. KERAJAAN SRIWIJAYA
Sriwijaya adalah salah
satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak
memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja,
Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan.
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau
"gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau
"kejayaan"maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang
gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari
abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi
Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang
paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti
Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap
daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya
serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025
serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan
Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya. Setelah jatuh, kerajaan ini
terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918
dari sejarawan Perancis
G. KERAJAAN
KEDIRI
Kerajaan Kediri atau
Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara
tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar
Kota Kediri sekarang.
Masa-masa awal Kerajaan
Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang
diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara
kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.
Sejarah Kerajaan
Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas
nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang
sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat
diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu di
bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan
semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati,
atau Panjalu Menang.
Pada masa pemerintahan
Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa kejayaannya. Wilayah
kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan
sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat
kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada
masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan
Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada
Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
H. KERAJAAN
SINGASARI
Kerajaan Singhasari
atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa
Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini
sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.
Wangsa Rajasa yang
didirikan oleh Ken Arok. Keluarga kerajaan ini menjadi penguasa Singhasari, dan
berlanjut pada kerajaan Majapahit. Terdapat perbedaan antara Pararaton dan
Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.
Versi Pararaton adalah:
Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi
(1222 - 1247)
Anusapati (1247 - 1249)
Tohjaya (1249 - 1250)
Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
Kertanagara (1272 - 1292)
Versi Nagarakretagama
adalah:
Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222
- 1227)
Anusapati (1227 - 1248)
Wisnuwardhana (1248 - 1254)
Kertanagara (1254 - 1292)
Kisah suksesi raja-raja
Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari balas dendam.
Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya
(anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak
Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara
damai. Sementara itu versi Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan
antara raja pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena
Nagarakretagama adalah kitab pujian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa
berdarah yang menimpa leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib.
I. KERAJAAN
MAJAPAHIT
Majapahit adalah sebuah
kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari
sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya
menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada
masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit
adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap
sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya
terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia
timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Sebelum berdirinya Majapahit,
Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi
perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan
yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa
kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan
mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.
Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu,
Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas
saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya,
menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim
utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan
ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat diatas disambut dengan
senang hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan
membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah
maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol
tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan
Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik
menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali
pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing. Saat itu
juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar
dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang
asing.
SEMESTER GENAP
KEBIJAKAN PEMERINTAH
KOLONIAL DI INDONESIA PADA ABAD KE-19 DAN ABAD KE-20
1. Kedatangan
Belanda ke Indonesia Sampai Terbentuknya VOC
a. Latar
Belakang Kedatangan Belanda
Pada mulanya pedagang –
pedagang Belanda yang berpusat di Rotterdam membeli rempah-rempah dari Lisabon,
Portugis. Pada tahun 1580 Raja Philip dari Spanyol naik tahta. Ia berhasil
mempersatukan Spanyol dan Portugis. Akibatnya, Belanda tidak dapat lagi
mengambil rempah-rempah dari Lisabon yang sedang di kuasai Spanyol. Hal itulah
yang mendorong Belan mulai mengadakan penjelajahan samudra untuk mendapatkan
daerah asal rempah – rempah.
b. Perjalanan
Belanda ke Indonesia
Pada tahun 1594
Claudius berhasil menemukan kunci rahasia pelayaran ke Timur jauh. Cludius
kemudian menyusun peta yang disebut India Barat dan India Timur. Pada tahun
1595 usaha Belanda makin maju dalam mendapatkan peta ke Asia. Seorang Belanda
bernama Linscoten berhasil menemukan tempat-tempat di pulau Jawa yang dari
tangan Portugis dan banyak menghasilkan rempah-rempah untuk diperdagangkan.
Peta yang dibuat oleh Linscoten diberi nama interario yang artinya keadaan di
dalam atau situasi di Indonesia.
Pada bulan April 1595,
Cornelis de Houtman dan Dekeyzer dengan 4 buah kapal memimpin pelayaran menuju
nusantara. Pelayaran tersebut menempuh rute Belanda – Pantai Barat Afrika –
Tanjung Harapan – Samudera Hindia – Selat Sunda – Banten. Pada bulan Juni 1596
pelayaran yang dipimpinoleh de Houtman berhasil berlabuh di Banten. Pada
tanggal 28 November 1598 rombongan baru dari negeri Belanda di pimpin oleh
Jacob Van Neck dan Wybrecht Van Waerwyck.
c. Terbentuknya
VOC
Atas prakarsa dari 2
tokoh Belanda, yaitu Pangeran Maurits dan Johan Van Olden Barnevelt, pada tahun
1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan menjadi sebuah kongsi dagang
besar yang diberi nama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) / persekutuan maskapai
perdagangan Hindia Timur. Voc terdiri dari 17 orang dan membuka kantor
pertamanya di Banten yang dikepalai oleh Francois Wittrt. Tujuan dibentuk VOC
adalah :
1. Menghindari
persaingan tidak sehat diantara sesame pedagang Belanda untuk keuntungan maksimal.
2. Membantu
dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol. VOC memiliki
sat yang rapi dan terkontrol dalam sebuah organisasi yang kuat. u kelebihan,
yaitu tata kerja.
3. Kebijakan
Pemerintah Kolonial dan System Birokrasi Pemerintahan VOC di Indonesia (sebelum
abad ke 19).
a. Politik
Perdagangan dan Kebijakan Pemerintah VOC Pusat-pusat perdagangan yang berhasil
dikuasai VOC antara lain Malaka (1641), Padang (1662), Makasar (1667), dan
Banten (1684). Peraturan yang ditetapkan VOC dalam melaksanakan monopoli
perdagangan antara lain sebagai berikut :
1. Contingenten
yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
2. Peraturan
tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam.
Beberapa Gubernur VOC
yang dianggap berhasil dalam mengembangkan usaha dagang dan kolonisasi VOC di
Nusantara antara lain :
1. Jan
Pieterszoon Coen (1679-1629).Ia dikenal sebagai peletak dasar imperialisme
Belanda di Nusantara.
2. Antonio
Van Diemen (1636-1645). Ia berhasil memperluas kekuasaan VOC ke Malaka pada
tahun 1641.
3. Joan
Maetsycker (1653-1678). Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan VOC ke
Semarang, Padang, dan Manado.
4. Cornelis
Speelman (1681-1684). Ia menghadapi perlawanan bersenjata walaupun tdak
berhasil mengalahkan Sultan Hasanuddin dari Makassar, Trunojoyo di Mataram, dan
Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten.
b. System
Birokrasi VOC
Guna memerintah wilayah
Nusantara yang sudah dikuasai, VOC mengangkat seorang Gubernur Jenderal yang
dibantu oleh 4 orang anggoita yang disebut Raad Van Indie (Dewan India). Dalam
melaksanakan pemerintahan, VOC menerapkan system pemerintahan tidak langsung
(indirect rule) dengan memanfaatkan system feodalisme. Ciri khas feodalisme
adalah ketaatan mutlak dari lapisan bawahan kepada atasannya.
c. Kemunduran
VOC
Kemunduran VOC terjadi
sejak awal abad ke 18 disebabkan oleh:
o
Banyaknya korupsi
o
Biaya perang yang besar
o
Persaingan dengan kongsi dagang lain
o
Utang VOC yang besar
o
Pemberian deviden kepada pemegang saham
walaupun usaha VOC mundur
o
Berkembangnya Liberalisme
o
Anggaran pegawai terlalu besar
o
Pendudukan Prancis atas BelandaVOC
dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799
3. Pemerintahan
Kolonial Hindia Belanda.
Pada
tahun 1795, Prati Patriot Belanda yang anti Raja, atas bantuan Prancis berhasil
merebut kekuasaan dan membentuk pemerintahan baru yang disebut Republik Bataaf
dan dipimpin oleh Napoleon Bonaparte.
4.
Masa Peerintahan Herman W. Daendles.
Pada tahun 1806,
Prancis (Napoleon) membubarkan Republic Bataaf dan membentuk Koninkrijk Holland
atau kerajaan Belanda. Napoleon membutuhkan orang yang kuat dan berpengalaman
militer untuk mempertahankan jajahannya di Nusantara dan mengangkat Herman
Willem Daendles sebagai Gubernur Jenderal di Nusantara.
5. Penjajahan
Inggris di Indonesia 1811-1816
Sejak tahun 1806
Inggris berusaha melemahkan kekuasaan Belanda di
Nusantara. Pada tahun
1810 dan serangan yang menentukan terjadi pada tahun 1811,sejak itu Indonesia
secara resmi dikuasai EIC (East India Company).
Latar belakang pendudukan Inggris adalah :
a. Continental stelsel
yang diterapkan oleh Napoleon di Eropa (1806)
b. Nusantara yang
praktis dikuasai Prancis (Belanda-Perancis)
Isi dari Kapitulasi
Tuntang adalah :
a. Seluruh Jawa dan
sekitarnya diserahkan kepada Inggris
b. Semua tentang
Belanda menjadi tawanan Inggris.
c.Semua pegawai Belanda
yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat memegang jabatannya terus
d. Semua utang
pemerintah Belanda yang dahulu, bukan menjadi tanggung jawab
Inggris
Kapitulasi Tuntang
ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S. Auchmuty. Seminggu
sebelum Kapitulasi Tuntang, 11-8-1811 raja muda ( Viceroy ) Lord Minto yang
berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford rafless sebagai wakil
gubernur di jawa dan bawahannya, ( Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi,dan
Kalimantan Selatan ).
6. Pemerintah
Hindia Belanda 1816-1942
Pemerintahan kolektif
itu mempunyai tugas utamanya menormalisasikan keadaan lama (Inggris) ke alam
baru (Belanda). Masa peralihan hanya berlangsung dari tahun 1816-1819.
7. Masa
Pemerintahan Van den Bosch dan Penerapan System Tanam Paksa.
Pada tahun 1830-1870
Pengertian Cultuur
Stelsel sebenarnya adalah kewajiban kepada rakyat (Jawa) untuk menanam tanaman
ekspor yang laku di jual di Eropa. Menurut Van den Bosch, cultuur stelsel
didasarkan atas hokum adat bahwa barang siapa yang berkuasa di sutau daerah, ia
memiliki tanah dan penduduknya .
A. Latar Belakang
Sistem Tanam Paksa
1. Di Eropa, Belanda
terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon.
2. Terjadinya Perang
Kemerdekaan Belgia yang di akhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda tahun
1830.
3. Terjadi Perang
Dipenogoro ( 1825-1830 ) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal bagi
Belanda.
4. Kas Negara kosong
dan utang yang di tanggung Belanda cukup berat.
5. Pemasukan uang dari
penanaman kopi tidak banyak.
6. Kegagalan usaha
mempraktikan gagasan Liberal ( 1816-1830 ) dalam mengeksploitasi tanah jajahan.
Van den Bosc sebagai
pengusul dari Cultuur Stelsel, kemudian di angkat sebagai Gubernur Jendral
Hindia Belanda.
B. Aturan-aturan Tanam Paksa
1. Persetujuan akan
diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian ari tanahnya untuk
penanaman tanaman Ekspor yang dapat di jual di pasaran Eropa.
2. Tanah pertanian
tersebut tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang di miliki
penduduk desa.
3. Pekerjaan yang di
perlukan untuk menanam tanaman tersebut tidak boleh melebihi pekerjaan untuk
menanam tanaman padi.
4. Tanah yang
disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah.
5. Hasil dari tanaman
tersebut diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda.
Di dalam praktiknya
seringkali menyimpang dari ketentuan-ketentuan pokok sehingga rakyat banyak
dirugikan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain :
1. Dilakukan dengan
cara paksaan.
2. Luas tanah harus
disediakan penduduk melebihi ketentuan.
3. Pengerjaannya jauh
lebih sama.
4. Pajak tanah masih
tetap dikenakan.
5. Petani tidak mendapat
kelebihan hasil panen.
Agar para bupati dan
kepala desa menunaikan tugasnya dengan baik, pemerintah kolonial memberikan
perangsang yang di sebut Cultuur Procenten.Cultuur Procenten adalah bonus dalam
persentasi tertentu yang diberikan kepada para pegawai Belanda, para bupati,
dan kepala desa apabial hasil produksi di suatu wilayah mencapai atau melampaui
target yang dibebankan.
C. Akibat-Akibat Tanam
Paksa
1. Bagi Belanda
a. Meningkatnya hasil
tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di pasaran Eropa.
b. Perusahaan pelayaran
Belanda yang semula kembang kempis,pada masa tanam paksa mendapat keuntungan
yang besar.
c. Pabrik-pabrik gula
kemudian juga dikembangkanoleh penguasa Belanda.
2. Bagi Indonesia
a. Kemiskinan dan
penderitaan fisik dan mental yang berkepanjangan.
b. Beban pajak yang
berat.
c. Pertanian, khususnya
padi, banyak mengalami kegagalan panen.
d. Jumlah penduduk
Indonesia menurun.
e. Rakyat Indonesia
mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi ekspor.
D. Reaksi terhadap
Tanam Paksa
Tanam paksa telah
menimbulkan rekasi dari beberapa kalangan.Antara lain
sebagai berikut :
1. Rakyat Indonesia
2. Kaum Pengusaha ( kapitalis
)
3. Kaum Humanis Belanda
a. Baron van Hoevell
b. Eduard Douwes Dekker
8. Politik Ekonomi
Liberal Kolonial Sejak Tahun 1870
A. Latar Belakang
Politik ekonomi liberal
kolonial dilatar belakangi oleh :
1. Pelaksanaan system
tanam paksa telah menimbulkan penderitaan rakyat
Pribumi.
2. Berkembangnya paham
liberalisme sebagai akibat dari Evolusi Perancis dan
Evolusi Industri.
3. Kemenangan partai
Liberal dalam Parlemen Belanda yang
mendesak
Pemerintah Belanda
menerapkan system Ekonomi Liberal di Negeri
Jajahannya ( Indonesia
).
4. Adanya Traktat
Sumatera pada tahun 1871 yang memberikan kebebasan dari Belanda untuk meluaskan
wilayahnya ke Aceh.
Pelaksanaan Politik
Ekonomi Liberal itu dilandasi dengan beberapa peraturan :
1. RR atau
Undang-undang tentang tata cara pemerintahan di Indonesia.
2. Peraturan tentang
pembendaharaan Negara India-Belanda.
3. Undang-undang Gula (
Suiker Wet ).
4. Agrische Beskuit
yang mengatur lebih rinci tentang Agraria.
B. Pelaksanaan Sistem
Politik Ekonomi Liberal
Atas dikeluarkannya
Undang-Undang Agraris tahun 1870, Indonesia memasuki zaman penjajahan baru.
Setelah 1870 di Indonesia diterapkan imperialisme modern.
Sejak tahun 1870 telah
diterapkan Opendeur Politiek, yaitu politik pintu terbuka terhadap modal-modal swasta
asing.Hal-hal apakah pemerintah Raffles di Nusantara cenderung mendapat
tanggapan positif dari para raja dan rakyat setempat ?
C. Perkembangan
Perdagangan
Penerapan sistem
ekonomi lberal di Indonesia pada tahun 1870. Pada tahun 1869 pembukaan Terusan
Suez turut memperlancar hubungan perdagangan Asia-Eropa. Pemerintah kolonial
melakukan impor mesin-mesin dan perlengkapan modern sehingga produksi
perkebunan dan pabrik gula meningkat. Perluasan produksi tanaman ekspor dan
impor barang-barang konsumsi dari negeri Eropa mengakibatkan perdagangan
internasional semakin ramai di Nusantara.
D. Akibat Sistem
Politik Liberal Kolonial
Pelaksanaan politik
liberal membawa akibat sebagai berikut :
1. Bagi
Belanda
ü Memberikan
keuntungan yang sangat besar kepada kaum swasta Belanda dan pemerintah kolonial
Belanda.
ü Hasil-hasil
produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke negeriBelanda.
ü Negeri
Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajahan.
2. Bagi
Rakyat Indonesia
ü Kemerosotan
tingkat kesejahteraan penduduk.
ü Adanya
krisis perkebunan.
ü Menurunnya
konsumsi bahan makanan.
ü Menurunnya
usaha kerajinan rakyat.
ü Pengangkutan
dengan gerobak.
ü Rakyat
menderita karena masih menerapkan kerja rodi.
9. Politik Etis
A. Latar Belakang
Latar belakang
munculnya politik etis sebagai berikut :
1. Sistem tanam paksa
menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia.
2. Sistem ekonomi
liberal tidak memperbaiki kesejahteraan rakyat.
3. Belanda melakukan
penekanan dan penindasan terhadap rakyat.
4. Rakyat kehilangan
tanahnya.
5. Adanya kritik dari
kaum intelektual Belanda sendiri.
B. Pelaksanaan Politik
Etis
1. Desentralisasi
Pemerintahan
Sebelum tahun 1900
pemerintahan di Nusantara dilakukan secara sentralisasi.
Seluruh jalannya
pemerintahan ditentukan oleh menteri jajahan dan pusat
pemerintahan yang ada
di negeri Belanda.
2. Irigasi
Sarana yang sangat
vital bagi pertanian adalah sarana irigasi ( pengairan ). Pada tahun 1885
pemerintahan telah membangun secara besar–besaran bangunan irigasi di Brantas
dan Demak.
3. Emigrasi (
Transmigrasi )
Penduduk jawa dan
madura yang pada tahun 1865 berjumla 14 juta meningkat dua kali lipat pada
tahun 1900.
4. Edukasi
Pda mulanya kolonial
belanda membentuk dua macam sekolah untuk rakyat
pribumi,
yaitu sekolah kelas I dan sekolah kelas II.
5. Bidang Hukum dan
Pengadilan
Berdasarkan peraturan
pemerintah tahun 1854 dan peraturan hindia belanda tahun 1925, bidang hukum dan
peradilan hindia di Belanda dibagi atas dua bagian, yaitu pengadilan Gubernemen
dan pengadilan Pribumi.
A. Kegagalan
Politik Etis
Kegagalan politik etis tersebut
tampak dalam kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
1. Sejak pelaksanaan
sistem ekonomi liberal, Belanda mendapatkan keuntungan yang
besar, tinkat
kesejahteraan rakyat Pribumi tetap rendah.
2. Hanya sebagian kecil
kaum Pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan
yang baik dalam
masyarakat kolonial, yaitu golongan pegawai negeri.
3. Pegawai negeri dari
golongan Pribumi hanya digunakan sebagai alat saja, sehingga
dominasi bangsa belanda
tetap sangat besar.
B. Perkembangan Ekonomi
dan Demografi di Indonesia pada Masa Kolonial
1. Pertumbuhan penduduk
Indonesia pada abad ke-19 dan Awal Abad ke-20
Berdasarkan tingkat
kepadatan penduduk, wilayah di Nusantara dapat dibagi
atas 3 kelompok yaitu :
a. Kelompok berpenduduk
padat.
b. Kelompok berpenduduk
sedang.
c. Kelompok berpenduduk
jarang.
2. Mobilitas Penduduk
Indonesia pada Abad ke-20
A. Migrasi Intern
Berarti perpindahan
penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain
dalam satu pulau baik
secara individu maupun kelompok.
B. Migrasi Ekstern
Berarti perpindahan
penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya baik secara berkelompok maupun
sendiri.
C. Kepadatan Penduduk
dan Gejala Sosial-Ekonomi
Rata-rata kepadatan
penduduk Indonesia hanya 31,9 jiwa per kilometer persegi akan tetapi di Pulau
Jawa saja tingkat kepadatannya adalah 316,1 jiwa per kilometer
persegi.Sedangkan di luar Jawa hanya 10,7 jiwa per kilometer persegi. Antara
tahun 1928 dan 1938 diperkirakan perluasan areal persawahan sebesar 4%,
sedangkan kenaikan jumlah penduduk sekitar 17%. Dampak lain dari penyempitan
kepemilikan tanah adalah kaum buruh tani yang tidak memiliki tanah.
C. Kehidupan Sosial
Budaya Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonial
1. Perubahan Struktur
Sosial
a. Golongan Eropa dan
yang mempersamakan terdiri dari :
1. Bangsa Belanda dan
keturunannya.
2. Bangsa Eropa lainnya
3. Orang-orang Bangsa
lain yang telah dipersamakan dengan
Eropa karena kekayaan.
b. Golongan Timur Asing
c. Golongan pribumi
yaitu bangsa Indonesia asli.
2. Perluasan Pengajaran
dan Mobilitas Sosial
Mobilitas geografi
adalah perpindahan tempat tinggal yang terwujud dalam
migrasi ekstern maupun
migrasi intern dan urbanisasi. Perluasan pengajaran
baik dalam bidang ilmu
dapat menarik perhatian rakyat.Kemudian dianggap
sebagai alat untuk dapat memasuki tingkatan
hidup baru.
3. Kebijakan
Pemerintahan Kolonial dalam Bidang Keagamaan
Snouck Hurgronje yang
telah mempelajari islam secara merata tiba di
Nusantara pada tahun
1889.Sejak saat itu politik terhadap islam atas nasihatnya
mulai didasrakan pada
fakta-fakta.Walaupun demikian bebrapa pejabat seperti
Snouck Hurgronje
menyarankan agar sarekat islam diakui pendirinya kaerena
mereka berpandangan
bahwa keberadaan sarekat islam merupakan kebangkitan suatu bangsa.
4. Kedudukan dan
Peranan Perempuan
Gagasan tentang
kemajuan kaum perempuan itu juga muncul pada diri R.A Kartini (1879-1904).
Gagasan tersebut dituangkan dalam surat pribadinya. Dalam tulisannya tersebut
ia mengemukakan bahwa kehidupan wanita sunda melalui 3 periode :
a. Masa kanak-kanak
b. Masa kehidupan patuh
c. Masa penuh pengaruh
Fase berikutnya dari gerakan wanita
Indonesia diwakili dengan berdirinya sebuah perkumpulan Putri Mardika.