Total Tayangan Halaman

Minggu, 17 November 2013

situs megalitik waruga



Waruga adalah kuburan orang Minahasa zaman dulu, terbuat dari batu berbentuk kotak atau kubus , seperti pada gambar disamping. Mayat diletakkan didalam waruga dalam posisi duduk. Lokasi situs tersebut ada dibeberapa tempat. Yang sempat saya kunjungi ada di tiga tempat , semuanya di Kabupaten Minahasa Utara - Sulawesi Utara. Kabupaten ini berbatasan dengan Manado , jaraknya +- 20 menit. Yang saya ingat nama tempatnya Desa Sawangan dan yang dua saya lupa namanya, tapi masih ingat lokasinya. Yang di Sawangan kompleks nya lebih terawat dan ada musem kecilnya yang berisi  barang-barang perabot dan assesoris peninggalan masyarakat zaman megalitikum dan juga foto-foto pejabat dan tamu dari kerajaan Belanda. Mengunjungi komplek waruga serasa memasuki negeri antah berantah yang jauh dari hiruk pikuknya  kehidupan modernitas , suasananya yang sepi dan masih alami /  disekitar pedesaan membuat semakin mengokohkan kita sedang berada di zaman kuno nan asing.



Mula-mula Suku Minahasa jika mengubur orang meninggal sebelum ditanam terlebih dulu dibungkus dengan daun woka (sejenis janur). Lambat laun, terjadi perubahan dalam kebiasaan menggunakan daun woka. Kebiasaan dibungkus daun ini berubah dengan mengganti wadah rongga pohonkayu atau nibung kemudian orang meninggal dimasukkan ke dalam rongga pohon lalu ditanam dalam tanah. Baru sekitar abad IX Suku Minahasa mulai menggunakan waruga. Orang yang telah meninggal diletakkan pada posisi menghadap ke utara dan didudukkan dengan tumit kaki menempel pada pantat dan kepala mencium lutut. Tujuan dihadapkan ke bagian Utara yang menandakan bahwa nenek moyang Suku Minahasa berasal dari bagian Utara. Sekitar tahun 1860 mulai ada larangan dari Pemerintah Belanda menguburkan orang meninggal dalam waruga.
Kemudian di tahun 1870, Suku Minahasa mulai membuat peti mati sebagai pengganti waruga, karena waktu itu mulai berjangkit berbagai penyakit, di antaranya penyakit tipus dan kolera. Dikhawatirkan, si meninggal menularkan bibit penyakit tipus dan kolera melalui celah yang terdapat di antara badan waruga dan cungkup waruga. Bersamaan dengan itu pula, agama Kristen mengharuskan mayat dikubur di dalam tanah mulai menyebar di Minahasa. Waruga yang memiliki ukiran dan relief umumnya terdapat di Tonsea. Ukiran dan relief tersebut menggambarkan berapa jasad yang tersimpan di waruga yang bersangkutan sekaligus menggambarkan mata pencarian atau pekerjaan orang tersebut semasa hidup.
Di Minahasa bagian utara, pada awalnya waruga-waruga yang ada sekitar 370 buah tersebut, tersebar pada hampir semua desa di Minahasa Utara yang akhirnya dikumpulkan ke beberapa tempat seperti kelurahan Rap-Rap sekitar 15 buah, kelurahan Airmadidi Bawah 211 buah dan desa Sawangan 144 buah. Kini lokasi waruga-waruga di tempat-tempat tersebut menjadi salah satu tujuan wisata sejarah di Sulawesi Utara.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar