Waruga adalah kuburan orang Minahasa
zaman dulu, terbuat dari batu berbentuk kotak atau kubus , seperti pada gambar disamping.
Mayat diletakkan didalam waruga dalam posisi duduk. Lokasi situs tersebut ada
dibeberapa tempat. Yang sempat saya kunjungi ada di tiga tempat , semuanya di
Kabupaten Minahasa Utara - Sulawesi Utara. Kabupaten ini
berbatasan dengan Manado , jaraknya +- 20 menit. Yang saya ingat nama tempatnya
Desa Sawangan dan yang dua saya lupa namanya, tapi masih ingat lokasinya. Yang
di Sawangan kompleks nya lebih terawat dan ada musem kecilnya yang berisi
barang-barang perabot dan assesoris peninggalan masyarakat zaman megalitikum
dan juga foto-foto pejabat dan tamu dari kerajaan Belanda. Mengunjungi komplek
waruga serasa memasuki negeri antah berantah yang jauh dari hiruk
pikuknya kehidupan modernitas , suasananya yang sepi dan masih alami
/ disekitar pedesaan membuat semakin mengokohkan kita sedang berada di
zaman kuno nan asing.
Mula-mula Suku Minahasa
jika mengubur orang meninggal sebelum ditanam terlebih dulu dibungkus dengan
daun woka (sejenis janur). Lambat laun, terjadi perubahan dalam kebiasaan
menggunakan daun
woka. Kebiasaan dibungkus daun ini berubah dengan mengganti wadah rongga pohonkayu atau nibung kemudian
orang meninggal dimasukkan ke dalam rongga pohon lalu ditanam dalam
tanah. Baru sekitar abad IX Suku Minahasa mulai menggunakan waruga. Orang yang
telah meninggal diletakkan pada posisi menghadap ke utara dan didudukkan
dengan tumit
kaki menempel pada pantat
dan kepala
mencium lutut.
Tujuan dihadapkan ke bagian Utara yang menandakan bahwa nenek moyang Suku
Minahasa berasal dari bagian Utara. Sekitar tahun 1860 mulai ada larangan
dari Pemerintah Belanda menguburkan orang meninggal dalam waruga.
Kemudian di
tahun 1870,
Suku Minahasa mulai membuat peti mati sebagai pengganti waruga, karena waktu
itu mulai berjangkit berbagai penyakit, di antaranya penyakit tipus dan kolera.
Dikhawatirkan, si meninggal menularkan bibit penyakit tipus dan
kolera melalui celah yang terdapat di antara badan waruga dan cungkup waruga.
Bersamaan dengan itu pula, agama Kristen mengharuskan mayat dikubur di dalam tanah mulai menyebar di Minahasa.
Waruga yang memiliki ukiran dan relief umumnya terdapat di Tonsea. Ukiran
dan relief tersebut menggambarkan berapa jasad yang tersimpan di waruga yang
bersangkutan sekaligus menggambarkan mata pencarian atau pekerjaan orang
tersebut semasa hidup.
Di Minahasa
bagian utara, pada awalnya waruga-waruga yang ada sekitar 370 buah tersebut,
tersebar pada hampir semua desa di Minahasa Utara yang akhirnya dikumpulkan ke
beberapa tempat seperti kelurahan Rap-Rap sekitar 15 buah,
kelurahan Airmadidi Bawah 211 buah
dan desa Sawangan 144 buah. Kini
lokasi waruga-waruga di tempat-tempat tersebut menjadi salah satu tujuan wisata sejarah
di Sulawesi
Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar