Pada masa kolonial Belanda, konon ada sebuah benteng sekilas mirip stadion sepak bola yg tepatnya di Kota Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, kira-kira 300m dari jalan raya Kebumen - Yogyakarta
Bentuk dan Luas Benteng
Ciri paling khas Benteng Van Der Wijck adalah segi delapan/oktagonal dengan luas mencapai 7.168 meter persegi. Tinggi benteng mencapai 10 meter yang terdiri dari dua lantai. Tebal dinding 1,4 meter (m) dan tebal lantai 1,1 m. Hampir seluruh bangunan bentuknya adalah tembok, termasuk atapnya yang berasal dari batu bata, Di lantai satu dan dua terdapat masing-masing 16 ruangan besar dengan ukuran 18 x 6,5 m. Sementara ruang kecil di lantai satu berbagai macam ukuran ada 27 ruangan, sementara di lantai dua terdapat 25 ruangan. Pada lantai satu terdapat empat pintu gerbang, 72 jendela, 63 pintu antar ruangan maupun pintu keluar benteng, 8 anak tangga ke lantai dua serta dua anak tangga darurat. Sedangkan di lantai dua, terdapat 84 jendela, 70 pintu penghubung dan empat anak tangga ke bagian atap.
Sejarah Benteng
Benteng ini adalah benteng pertahanan
Hindia-Belanda yang dibangun sekitar abad ke 18, Nama Van Der Wijck sendiri
berasal dari nama komandan pada saat itu yang karirnya cukup cemerlang dalam
membungkam perlawanan rakyat Aceh. Pada awal didirikan, benteng ini diberi nama
Fort Cochius (Benteng Cochius) dari nama salah seorang Jenderal Belanda Frans
David Cochius (1787-1876) yang pernah ditugaskan di daerah Bagelen (salah
wilayah karesidenan Kedu), Van der Wijck merupakan perwira militer dengan karir
cemerlang karena konon mampu memenangkan berbagai peperangan di Indonesia.
Tidak ada catatan pasti dalam sejarah kapan dimulainya pembangunan benteng
tersebut, namun ada yang memperkirakan tahun 1827.
Benteng Van der Wicjk adalah barak militer
yang awalnya digunakan untuk meredam kekuatan pasukan Pangeran Diponegoro.
Karena kehebatan beliau yang juga didukung pemimpin-pemimpin lokal di selatan
Jawa, Belanda menerapkan taktik benteng stelsel yaitu pembangunan benteng di
lokasi yang sudah dikuasainya. Tujuannya jelas, untuk memperkuat pertahanan
sekaligus mempersempit ruang gerak musuh, terutama di karesidenan Kedu Selatan.
Benteng ini didirikan atas prakarsa Jenderal Van den Bosch. Pada saat
terjadinya peperangan Pangeran Diponegoro sekitar 1825-1830, Benteng Van Der
Wijck digunakan sebagai tempat pertahanan. Meski demikian, ada sejumlah ahli
yang yakin kalau benteng itu bukan merupakan benteng pertahanan, melainkan
sebagai benteng logistik dan Puppilen School atau sekolah calon militer. Secara
pasti memang tidak ada sejarah yang mencatat secara persis untuk apa saja
benteng itu difungsikan.
Selepas penjajahan Belanda, Benteng Van
Der Wijck pernah difungsikan untuk tempat melatih tentara Indonesia bentukan
Jepang yakni PETA sebagai pasukan tambahan menghadapi Sekutu. Di zaman itulah,
seluruh tulisan Belanda yang ada di benteng dicat hitam. Kemudian dimanfaatkan
untuk tentara Indonesia. Bahkan, semasa KNIL, penguasa Orde Baru, Soeharto,
menjadi salah satu penghuni benteng itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar